Di tengah gencarnya penyuluhan akan imbauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat guna menangkal berbagai bakteri dan virus terutama COVID-19, masyarakat mulai sadar untuk menjaga kebersihan badan terutama tangan. Hal ini lantaran tangan dapat menyentuh berbagai barang yang berpotensi menularkan penyakit. Salah satu cara membersihkannya adalah dengan cuci tangan menggunakan sabun/hand wash, atau jika jauh dari keran bisa menggunakan hand sanitizer. Namun, seiring banyaknya permintaan, ketersediaan hand sanitizer pun semakin sulit didapatkan untuk sekala besar.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda’wah Condong berinisiatif memproduksi sendiri hand sanitizer/antiseptik untuk keperluan para santri yang berjumlah 2.600 beserta warga pondok lainnya.
Salah satu bagian OSPC (Organisasi Santri Pesantren Condong) yakni bagian Riset dan Teknologi (Ristek) berperan aktif dalam program tersebut. Dengan bimbingan guru-guru pengembang sains di Pesantren Condong, para pengurus bagian Ristek mulai memproduksi antiseptik pada hari ini, Ahad (22/3) di Laboratorium Fisika.
Pak Basuki Ariadi, S.Si. selaku guru mata pelajaran Kimia sekaligus pembina pengembang sains, dan Pak Zaenal Aripin, M.Pd. selaku guru Biologi sekaligus Kepala Seksi KLH ikut mengawal proses produksi dari mulai pembelian bahan, penakaran, dan pencampuran bahan, hingga produk jadi.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan antiseptik ini antara lain: Alkohol, H2O2, Glicerin, dan Pewangi. Hasil jadi antiseptik sendiri memiliki kadar alkohol 80% sehingga dianggap mampu membunuh bakteri dan kuman. Untuk 5 Liter antiseptic diperkirakan memakan biaya 700 ribu rupiah.
“Harganya tidak jauh beda dengan produk di pasaran, tapi dengan memproduksi sendiri, kita bisa menakar dan memastikan kadar alkoholnya.” Tutur Pak Zaenal.
Nantinya produk antiseptik ini akan didistribusikan kepada para santri di tiap asrama, begitu pula untuk para petugas dan tamu di pos penjagaan depan pondok.
Selain pemakaian antiseptic bagi para santri, bagian KLH telah lebih dulu menggalakan program penyemprotan zat disinfektan ke tiap asrama guna membasmi bakteri dan kuman yang menempel di benda-benda yang sering dijamah para santri.
Kegiatan pembuatan antiseptik ini selain bertujuan untuk ikut membantu pembudayaan PHBS di kalangan santri, juga sebagai sarana pengaplikasian hasil pembelajaran sains di kelas, sehingga santri betul-betul bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dari kegiatan belajarnya selama ini.[]