Oleh : Asep Nurochman

Anak muda kekinian, dengan segala aktifitas yang serba cepat dan instan, dimanjakan dengan lingkungan modern yang serba fantastis, mewujudkan jati diri yang serba pemalasan, inginnya disayang-sayang, kegalauan, hingga sikap menunda-nunda bukan lagi wacana tetapi sudah menjadi kebiasaan.

Apalagi ketika dikenal istilah ‘deadliners’, sebutan bagi orang-orang yang suka mengerjakan sesuatu di tenggat waktu-waktu terakhir,memunculkan fenomena  anak muda yang biasa menunda segala jenis pekerjaan yang mereka miliki. Yang penting kelar. Yang penting selesai.

Menyaksikan sendiri fenomena ketakberdayaan pemuda masa kini dalam mengelola waktu, membuat saya tergerak untuk mengingatkan.

Banyak pemuda/i sekarang yang menganggap sepele terhadap pekerjaan atau tugas yang ia miliki. Hal ini disebabkan beberapa faktor sederhana, semisal:

  1. Sebuah pembenaran bahwa tugas itu yang penting selesai pada waktunya
  2. Masih ada banyak waktu untuk mengerjakan hal tersebut
  3. Bisa melakukan hal-hal lain dulu –yang sebenarnya hal lain itu bukanlah tugas, tetapi menonton misalnya—
  4. Penggunaan smarthphone berlebihan
  5. Banyaknya stok film atau drama yang dapat diunduh dengan mudah, sehingga menjadi larut dalam menonton film atau drama tersebut
  6. Memiliki hobi berleha-leha atau santai dalam menghadapi segala sesuatu
  7. Kebiasaan copy paste
  8. Punya prinsip: tugas gampang! Tinggal searching di internet, dan banyak lagi

 

Permasalahan ini bisa dilihat dari berbagai kacamata. Seseorang akan mengatakan bahwa hidup tidak diukur dari penyelesaian tugas yang ia miliki dengan cepat, toh pada akhirnya akan diperiksa pada waktu yang sama. Yang lain akan mengatakan bahwa adanya tenggat waktu menjadikan kami bisa untuk menyelesaikan tepat pada waktunya. Bukan sebelum apalagi setelah. Bukankah yang namanya adil itu menempatkan sesuatu pada tempatnya yang berarti mengerjakan sesuatu juga tepat pada waktunya? –kata orang itu mencoba berkelakar.

Terlepas dari semua alasan yang dapat dibuat oleh makhluk bernama manusia, kebiasaan menunda tidak bisa dikatakan baik. Jawaban klise atas setiap pernyataan ini adalah menunda menyebabkan pekerjaan tertumpuk yang bisa berakibat buruk di masa mendatang. Apalagi bagi orang yang biasa ‘dikaruniai’ tugas yang berlimpah seperti mahasiswa atau pekerja kantoran.

Nah, menurut pandangan pribadi, bukan alasan seperti itu yang asyik untuk dibincangkan, tetapi bagaimana jika prinsip gapatar dilawan dengan prinsip tandingannya untuk menghilangkannya.

Seringkali kita diberi ceramah bahwa melakukan ini akan mengakibatkan ini, persis seperti hukum newton III: aksi menghasilkan reaksi. Atau sama halnya dengan hukum sebab-akibat. Pepatah arab juga mengatakan salah satu hukum ini dengan bunyi: Man Yazro’ Yahsud. Barang siapa yang menanam, ia akan menuai. Namun, semakin sering kita mendengar ceramah tentang akibat yang akan kita tuai, kita malah lebih asyik untuk menanam perbuatan negatif tersebut. Hirau dengan segala dampak yang mungkin akan terjadi sebagai konsekuensi dari hal negatif yang kita kerjakan.

Contoh: seorang anak sudah diperingatkan agar jangan berlari di area tersebut karena dikhawtirkan akan jatuh. Tetapi anak itu tak peduli sebelum ia merasakannya sendiri. (Namanya juga anak kecil, min!) Oh tidak. Anak kecil hanya contoh awal. Contoh selanjutnya justru pada orang berpendidikan misalnya, yang diingatkan berkali-kali untuk tidak mencontek selama ujian karena akan menyebabkan ini-itu-dan berbagai akibat lainnya, malah lebih keasyikan untuk mencontek lagi dan lagi sebelum ia terkena dampaknya sendiri.

Melihat fakta yang terjadi di lingkungan seperti ini, saya mencoba untuk melawan prinsip dengan prinsip. Bukan lagi dengan hukum sebab-akibat seperti umumnya.

Apa prinsipnya?

Sederhana: Deadlinenya Hari Ini Juga!

Ya, sayang sekali. Prinsipnya sesederhana ini. Tidak neko-neko. Tidak macam-macam. Tidak  aneh-aneh.

Tanamkan prinsip ini dalam diri kita setiap kali kita hendak melakukan sesuatu atau diberi suatu tugas. Ditambah dengan prinsip lain yang harus menjadi pokok dalam setiap kehidupan manusia yakni: Your Future is Purchased by the Present

Dengan menggabungkan kedua prinsip ini dalam aktifitas hidup kita sehari-hari, sebenarnya bisa menjadikan kita manusia paripurna yang ingat bahwa masa depan tidak perlu menjadi beban karena selalu ditentukan hari ini. Oleh karenanya, kita akan selalu melakukan hal terbaik yang bisa dilakukan setiap harinya. Dan ditambhakan dengan prinsip bahwa tenggat waktunya selalu hari ini, yang berarti kita diingatkan bahwa mungkin besok atau hari ini juga kita akan meninggal dan malah tak sempat mengerjakannya sama sekali. Siapa yang kecewa kalau sudah begitu?

Segala kebaikan di dunia ini sebenarnya mudah dilakukan, kendati kita justru sering membumbui dengan berbagai alasan. Segala jenis penundaan tidak lagi dibenarkan sebab hidup ini singkat. Kita harus menabung kebaikan lebih banyak untuk kebaikan hidup kita nantinya. Mengingatkan diri untuk selalu melakukan yang terbaik setiap hari, menyelesaikan tugas hari itu juga, menolak segala jenis penundaan, tidak cemas akan masa depan karena selalu melakukan yang terbaik setiap harinya menjadikan kita manusia yang terbebas dari pikiran sempit dan tidak bahagia. Jangan menunda untuk bahagia, maka berbuat baiklah dan selesaikan apapun hari ini juga sebaik-baiknya. nurrochmanasep96@gmail.com