Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2019, Pemprov Jawa Barat bekerjasama dengan Kemenag Jabar menyelenggarakan Acara Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) tingkat Provinsi Jawa Barat yang diikuti lebih dari 800 peserta dari berbagai Pondok Pesantren se-Jawa Barat.
Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, yakni pada tanggal 15-18 Oktober 2019 di Pondok Pesantren Cipasung, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.
Terdapat tiga kategori dalam MQK yakni Uula, Wustha dan ‘Ulya. Adapun sistem lomba terdiri dari babak tes tulis, semi final, dan final.
Perwakilan Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda’wah, Hilman Alfarisi yang merupakan santri kelas X MIPA E berhasil meraih prestasi yang membanggakan. Sejak babak penyisihan, ia telah menunjukan hasil yang baik dengan berada di peringkat kedua, lalu maju ke peringkat satu di babak semi final dan final.
Di babak Final, Hilman yang mengkaji kitab Riyadlul Badi’ah bab Haji harus membaca kitab kuning yang gundul, lalu menjelaskan kandungan bab tersebut. Setelah itu, dewan juri mengajukan beberapa pertanyaan yang berhasil dijawab Hilman. Dengan begitu, Hilman pun dinobatkan sebagai juara 1 cabang Fikih dengan kitab Riyadlul Badi’ah untuk kategori Uula.
Sebagaimana diketahui, Hilman sendiri merupakan santri yang tergabung dalam ekskul Kitab Kuning di Pondok, sehingga dirinya telah banyak mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari dengan senantiasa berlatih bersama guru-guru yang ahli dalam Kitab Kuning.
Adapun delegasi lain, yakni Jimmi Farhan kleas XII MIPA E yang terdaftar untuk kategori wustha kitab Fikih, harus puas dengan sampai di babak semi final saja. Jika dilihat dari urutannya, Jimmi berhasil menduduki posisi kelima atau harapan kedua.
Pengajaran kitab kuning di Pesantren Condong masih menjadi prioritas utama. Hal ini terimplementasikan dari berbagai program yang digawangi Kepala Seksi Kurikulum Pesantren bidang Sorogan. Selain berjalannya program sorogan dan bandongan setiap bakda magrib, bagian Kasi Kurikulum Kepesantrenan juga menyediakan program kelas khusus MQK di mana di dalamnya terdiri dari para santri SMP dan SMA yang memiliki minat dan bakat dalam kitab kuning. Sistem mengaji, jenis kitab yang dikaji, dan komposisi materi yang dikaji pun tentu berbeda dengan kelas regular.
Dengan hal ini, diharapkan ke depannya Pesantren Condong semakin konsisten menjaga kurikulum pesantren dengan melahirkan para santri yang melek kitab kuning. Tentunya harapan ini bertujuan untuk melestarikan budaya keilmuan salafiyah di kalangan santri, di mana santri senantiasa menghargai karya-karya kitab klasik para ulama dengan gemar mengaji, dan berprestasi dalam bidang tersebut.[]