Ada tiga tipologi perguruan tinggi yang berafiliasi dengan pondok pesantren. Pertama, perguruan tinggi yang dimiliki komunitas pesantren, akan tetapi pengelolaannya dilakukan secara terpisah. Tidak ada kurikulum pesantren yang masuk dalam sistem pendidikan di perguruan tinggi. Hubungan antara kedua entitas tersebut terbatas pada kepemilikan lembaga oleh pesantren. Kedua, perguruan tinggi pesantren yang memasukan unsur pesantren secara parsial dalam sistem pendidikannya. Pengelolaan kedua lembaga tersebut masih terpisah baik secara sistem dan kurikulum. Model perguruan tinggi pesantren ini tidak mewajibkan para mahasiswanya untuk tinggal di asrama seperti pesantren pada umumnya. Ketiga, perguruan tinggi yang bersistem pesantren, di mana pola pendidikan pesantren sepenuhnya diterapkan dalam pengelolaan perguruan tinggi, baik dari keberadaan kiai yang hidup di tengah-tengah mahasiswa, mahasiswa yang wajib tinggal di asrama, masjid sebagai pusat kegiatan, dan kajian keislaman (kitab kuning) menjadi salah satu materi yang dikaji di perguruan tinggi. Khusus untuk model terakhir, masih sedikit perguruan tinggi pesantren yang menerapkannya, dan di antara yang sedikit itu adalah perguruan tinggi yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Condong. 

Memangnya kenapa dengan perguruan tinggi bersistem pesantren? Tentu pemilihan sistem ini bukan hanya tentang romantisme terhadap pola pendidikan pesantren yang sudah mendarah daging di Indonesia. Sudah jamak, bahwa kalangan pondok pesantren menganut adagium al-muhafadhotu `ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, menjaga tradisi yang baik dan mengadopsi inovasi yang lebih baik. Komunitas pesantren berusaha merawat sistem pondok pesantren yang sudah berlangsung selama ratusan, sembari menerapkan hal-hal baru, seperti sistem perguruan tinggi yang lebih terspesialisasi dan memiliki rumpun keilmuan yang cukup beragam.

Dengan menerapkan pola pondok pesantren, perguruan tinggi model ini mencoba mengambil sisi positif dari tradisi pesantren. Misalnya, di pesantren, kegiatan keilmuan tidak hanya terbatas pada olah pikir akan tetapi juga bagaimana ilmu tersebut dapat diterapkan sehingga bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat luas. Di pesantren, pengembangan ilmu bukan hanya untuk ilmu sendiri, akan tetapi bagaimana kemajuan ilmu pengetahuan bisa membawa perbaikan bagi ras manusia. Selain itu, di pesantren, penanaman kesalehan (baik dalam tataran individual maupun sosial) menjadi sebuah prioritas. Kiai yang hidup di tengah-tengah mahasiswa (santri) berperan memberikan qudwah hasanah, contoh baik tentang bagaimana bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan pada ajaran-ajaran agama Islam.

Yang lebih penting lagi, di perguruan tinggi pesantren, mahasiswanya tidak hanya dibekali oleh ilmu dan keterampilan yang sesuai dengan program studi yang mereka ambil, akan tetapi juga pelajaran-pelajaran dasar dan tingkat lanjut pelajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits yang telah dielaborasi oleh para ulama melalui tradisi penulisan kitab kuning. Dalam konteks Jawa Barat khususnya, standar keulamaan masih mensyaratkan seseorang untuk bisa menguasai kitab kuning sehingga bisa memberikan pesan-pesan keagamaan yang merujuk pada hasil ijtihad para ulama yang termaktub dalam kitab kuning.

Pada titik ini, perguruan tinggi bersistem pesantren menjadi solusi bagi permasalahan-permasalahan yang ada dalam dunia kemahasiswaan dewasa ini. Saat ini, anak-anak kita yang telah menyandang label “mahasiswa” mendapatkan kebebasan yang sepenuhnya untuk mengatur hidup mereka sendiri, yang seringkali berujung pada pelanggaran batas-batas norma agama dan sosial. Mereka belum mampu menggunakan kebebasan ini secara bertanggungjawab. Sedangkan di pesantren, mahasiswa santri tetap mendapatkan kebebasan tersebut, akan tetapi masih mendapatkan bimbingan dan arahan dari para kiai dan asaatidz yang hidup berdampingan dengan mereka.

Dengan melihat sisi-sisi positif pesantren tersebut, Pondok Pesantren Condong mulai dari tahun 2019, membuka perguruan tinggi yang bersistem pesantren, di mana seluruh mahasiswanya wajib tinggal di asrama pesantren dan hidup selayaknya santri pada umumnya. Mereka tidak hanya mengkaji ilmu dan keterampilan sesuai dengan prodi-prodi yang ditawarkan, akan tetapi tetap berjibaku dalam memahami ajaran agama mereka dengan mengkaji kitab kuning serta semaksimal mungkin menerapkan kehidupan Islami di lingkungan pesantren.  

Saat ini, Perguruan Tinggi Pesantren Condong mengelola dua institusi, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam (STIABI) dan Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Riyadlul Ulum serta menawarkan lima pilihan program studi untuk jenjang sarjana: Bahasa dan Sastra Arab, Sejarah dan Peradaban Islam, Kewirausahaan, Sistem Informasi dan Agroteknologi. Seperti yang telah diulas di muka,  para mahasiswa tidak hanya mengkaji keilmuan sesuai prodi mereka, akan tetapi mengkaji juga ajaran Islam melalui kajian kitab kuning. Anda bisa membayangkan, lulusan Prodi Sistem Informasi ITB-RU tidak hanya bisa berwirausaha/bekerja di bidang teknologi informasi, akan tetapi juga fasih berbahasa Arab dan mampu mengakses kitab kuning, sehingga bisa menjadi bekal berharga bagi masa depan mereka. Hal ini juga berlaku untuk mahasiswa di prodi-prodi lain. 

Terkait kajian pelajaran non-keagamaan di pesantren memang masih memantik perdebatan di kalangan komunitas pesantren. Satu pendapat mengatakan bahwa pesantren seharusnya fokus pada kajian keislaman, seperti halnya pesantren-pesantren tradisional pada umumnya. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kajian keilmuan kontemporer pun perlu untuk dikaji. Sikap ini biasanya diambil oleh pesantren-pesantren semi-modern dan modern yang dewasa ini sudah mulai jamak kita temukan. Pesantren Condong sendiri memilih pendapat kedua, sembari tetap menghormati pesantren yang memilih pendapat pertama. Semenjak menerapkan sistem keterpaduan, Pesantren Condong melihat bahwa dalam Islam tidak ada dikotomi keilmuan (ilmu agama dan non-agama), karena pada dasarnya semua ilmu adalah milik Allah dan bersumber dari-Nya.

Tentu, ITB STIABI Riyadlul Ulum  tidak mengklaim sebagai PT yang paling baik, tapi berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan standar baru bagi perguruan tinggi Islam di Indonesia. Wallahu a’lam. []

Telah dibuka pendaftaran PMB Perguruan Tinggi Pesantren Condong STIABI dan ITB-RU. Hubungi kami di nomor Whatsapp +62 852-2255-3655 atau klik pmb.itb-ru.ac.id dan pmb.stiabiru.ac.id