Jumat-Sabtu (2-3/9) merupakan puncak dari rentetan kegiatan Pekan Perkenalan Khutbatul Arsy dengan digelarnya Pagelaran Seni Santri Condong atau PSSC 5.0, setelah sebelumnya para santri mengikuti kegiatan Haflah Wuddiyyah, Apel Tahunan dan Kuliah Umum. Selain sebagai pengenalan kegiatan pondok bagi para santri baru, PSSC ini digelar tak lain sebagai sarana hiburan para santri. Kegiatan ini dilaksanakan di Auditorium Pondok Pesantren Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah dengan waktu yang berbeda antara santri putra dan putri.
Bukan hanya sekedar tontonan hiburan saja, namun bagi para santri kelas 5 KMI dan 6 KMI selaku penggelar acara, PSSC ini menjadi wadah untuk berkreasi dan berkreativitas. Disamping itu, dengan acara ini santri dipupuki nilai keikhlasan dan kebersamaan demi kesuksesan sebuah acara. Pasalnya sebelum tampil di atas panggung megah itu, para santri dituntut untuk memikirkan konsep yang akan disuguhkan, kemudian berlatih setiap pagi dan malam untuk menyuguhkan penampilan yang menghibur dan tarbawi.
Kegiatan PSSC ini merupakan salah satu kegiatan tahunan wajib di Pondok Pesantren Condong yang diikuti oleh santri kelas 6, 5 dan 1 KMI. Kegiatan ini dimulai tahun 2004 dengan nama Panggung Gembira yang diadaptasi dari Pondok Modern Darussalam Gontor dan kemudian diubah menjadi PSSC (Pagelaran Seni Santri Condong) pada tahun 2017.
“Never Stop Colouring The Youth” adalah tema yang diangkat pada PSSC tahun ini, juga dengan tagline Nahdatul Fataa para peserta PSSC ingin menyiarkan semangat para santri dalam berkreasi dan berkreativitas untuk turut mewarnai masa depan pemuda Indonesia. Mereka pun ingin menunjukkan bahwa dari Condong pun mereka mampu menjadi calon pemimpin bangsa Indonesia.
“PSSC putri tahun ini sangat bebrbeda dari PSSC tahun sebelum-sebelumnya. PSSC tahun ini sangat berkarakter dan hadir dengan konsep yang sangat berbeda. Sebelumnya saya dan anggota Matapena pernah menulis kumpulan cerita pendek tentang fase-fase anak santri di pondok, namun tak pernah terbayangkan bahwa cerita tersebut pun bisa disampaikan dalam sebuah penampilan.” Kesan Ustadzah Lena Sa’yati. S.Pd.I. salah satu juri penilai PSSC putri saat evaluasi.
PSSC putri tahun ini disuguhkan dengan begitu apik dengan kekosongan panggung yang minim juga hampir semua penampilan yang disuguhkan menghibur serta sarat akan makna yang berisi nilai dan falsafah pondok. Hal tersebut terbukti dari antusiasme penonton dan testimoni dari para penonton yang menyatakan bahwa PSSC putri tahun ini sangat menghibur dan bahkan disebut layak mendapat nilai 100. Dan penampilan baru yang begitu unik pada PSSC putri tahun ini adalah Drama Qosidah dan Teenager Voice.
Selain dari segi penampilan, Ustadz Budi Syihabuddin, M.Pd. selaku juri penilai pada PSSC santri putra memuji panggung yang didesain sederhana nan elegan dengan perpaduan warna yang bagus, sehingga beliau memberi nilai 100 untuk panggung PSSC.
“Alhamdulillah, kegiatan PSSC yang kami pesiapkan dari jauh hari kini telah usai. Selaku ketua pelaksana, tentu saya berharap PSSC berikutnya dapat lebih baik lagi dengan memperbaiki segala kekurangan yang ada pada PSSC tahun ini.” Pesan Rido Al-Afghani (XII Bahasa). []