Pagelaran Seni Santri Condong (PSSC) telah berlangsung selama dua hari, yakni pada hari Jumat dan Sabtu (06-07/10). Ajang pertunjukan seni akbar ini dulunya bernama Panggung Gembira, namun tahun ini berganti nama. Acara tahunan ini merupakan puncak dari Pekan Perkenalan Khutbatul ‘Arsy, dimana santri kelas XI dan XII yang menjadi panitia berusaha memasukan nilai-nilai falsafah pondok juga dakwah dalam setiap penampilan.
Dalam pelaksanaannya, PSSC yang mengusung tema Revolt Diversity to be Unity ini dipisah antara santri putra dan putri. Santri putri tampil lebih dulu, barulah disusul putra sehari kemudian. Acara ini berlangsung dari pukul 19.30 selepas salat Isya dan berakhir pukul 24.00 WIB.
Penampilan yang disuguhkan sangat variatif. Santri putri mengangkat kebudayaan universal yang terdiri dari Grand Fountation of Show, Kind Blick Junior, Scent of Heaven, Revolutioner Voice, Story of Rohingya, Bela Diri, National Culture, La Voix D’Or, Puisi Kolosal, Nask in the Street, Fashion Show dan Grand Closing. Sedangkan penampilan santri putra mengusung tema budaya nusantara yang terdiri dari Gema Selawat, Grand Opening, Folk Song, Jocking Reading, Sundanese Culture, Puisi untuk Indonesia, Drama Kabaret, Drama Bahasa, Tarian Nusantara, Mars, Shadow Show, Phantomim dan Grand Closing.
Penonton yang hadir pada malam PSSC bukan hanya santri Condong, namun juga dari kalangan guru, alumni, tamu undangan dan walisantri. Auditorium pesantren yang berkapasitas 2.000 orang sangat penuh dan bahkan sampai meluber ke bawah. Beruntung, santri putra menyediakan layar infocus di area basement.
Berbeda dengan pertunjukan seni biasa, PSSC merupakan pagelaran seni panggung yang bernilai Islami namun tetap bisa dinikmati dan menghibur. Setiap penampilan mengandung misi dan dakwah. Dari mulai isi pidato MC yang menggunakan berbagai bahasa seperti Arab, Inggris, Jepang, Jerman, Sunda dan Indonesia. Hal ini menunjukan keberagaman bahasa yang menjadi satu dalam panggung PSSC.
Selain itu, sebelum acara inti dimulai, santri putra menampilkan Gema Selawat dengan formasi anggota yang memukau. Hampir seratus santri memenuhi panggung dengan busana Islami. Di bagian depan mereka dipimpin dua vocalis inti yang berjubah putih dan barisan pemukul perkusi. Mereka semua melantunkan selawat dengan begitu merdu dan syahdu, sehingga membuat acara semakin khidmat dan sejuk di hati.
Penampilan Folk Song kelas VII pun cukup mencuri perhatian, dimulai busana mereka yang ditambahi aksesoris blink-blink sambil membawa lampu kecil berwarna-warni di tangan yang bersarung tangan putih. Lagu yang mereka nyanyikan ditujukan untuk guru dan orangtua. Uniknya, mereka kompak menyanyikan lagu Chainsmoker feat Coldplay ‘Something just like this’ dengan gerak tarian yang kompak dan energik.
Yang juga cukup mencuri perhatian adalah video-video transisi saat perpindahan satu penampilan ke penampilan berikutnya. Panitia menyiapkan banyak stok video berdurasi 1 menit yang lucu namun bernilai Islami. Dengan begitu penonton tidak merasa jenuh saat menunggu penampilan lain mempersiapkan diri selagi lampu dimatikan.
Kreativitas santri putra juga tampak saat beberapa santri yang jago melukis, melakukan live paintingdi atas panggung diiringi musik. Mereka membuat sketsa wajah keempat pimpinan pondok pesantren, dan hasilnya sangat mirip.
Para asatidz sangat mengampresiasi hasil kerja keras panitia dan santri yang tampil di panggung PSSC. Mengingat setiap penampilan sangat berkualitas dan dipersiapkan secara matang. Bahkan mereka mendapat nilai Mumtaz atau Sempurna. Karena dari segi tata panggung, tata lighting, sound dan semua penampilan sangat keren. Hal inilah yang membuat PSSC dinilai menjadi pagelaran bernilai seni tinggi dan berkelas.
Terlepas dari hal itu, sejatinya acara ini bertujuan untuk menghibur santri baru yang masih dalam masa adaptasi agar termotivasi untuk semakin mencintai pondok dan lebih giat belajar. Selain itu, PSSC pun melatih kekompakan, kreativitas dan etos kerja para panitia sebagaimana dituturkan KH. Diding dalam sambutannya.[Lena]